Jantungku berdetak kencang bah kuda yang sedang berlari di arena pertandingan koboi. Bukan karena ingin membacakan jawaban dari soal Bahasa Indonesia yang diberikan Pak Tejo. Bukan pula karena aku dituduh sebagai tersangka kedua setelah Ryan dalam kasus mutilasi di Jombang dan di beberapa daerah lainnya. Dan bukan juga karena ingin mengerjakan ulangan keterampilan jasa yang harus dikerjakan dengan sangat teliti dan cermat.Bukan.
Jantungku berdetak kencang karena aku akan masuk ke dalam obakeyashi. Kalian tahu apa itu obakeyashi ?. Baik, akan aku beritahu kepada kalian yang belum tahu. Obakeyashi adalah rumah hantu Jepang yang diadakan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi UI. Dan diselenggarakan di gedung D fakultas psikologi UI.
Aku yakin bukan aku saja yang dag dig dug enggak karuan. Teman-temanku yang ikut juga. Diah, Dian, dan Fakih.Aku juga yakin setiap orang yang ada di ruang tunggu bersama kami juga merasakan hal yang sama.
Kami msenunggu di ruangan gelap yang hanya diterangi lilin-lilin di tengah ruangan. Semua jendela dan ventilasi dibalut koran-koran bekas. Sehingga cahaya dari luar sulit untuk masuk. Belum lagi aroma dari lilin yang membuat dada sesak.
Harap-harap cemas. Itu yang melengkapi perasaan kami. Sampai-sampai keringat dingin mengaliri tubuh kami.Ironisnya, kami hanya diperbolehkan masuk obakeyashi 2 orang setiap gilinya.Mental kami seakan diuji.
Deg-deg deg-deg.
Tiba giliran Dian dan Fakih masuk.Aku sempat memegang tangan mereka yang dingin. Suara jantung mereka yang berdetak kencang juga tertangkap indera pendengaranku.Paras mereka pucat.
“Ayo Fakih,Dian jangan takut. Kalo takut samain aja muka hantunya sama muka Tejo kalo enggak Warno !”aku mencoba mencairkan suasana yang mencekam.
Fakih, Dian dan Diah tetawa kecil.Tak lama panitia masuk ke ruang tunggu sambil berkata,”Selanjutnya !”.Dian bangun dari tempat duduknya.
“Ayo Fakih,!”ajaknya.
Fakih masih belum bangun dari tempat duduknya. Parasnya pucat sekali.
“Gua gak jadi deh !”katanya dengan nada lemah.
“Iiih, Fakih ayo sama gue enggak papa !”Dian membujik Fakih.
Fakih bangun dari tempat duduknya sambil berkata,”Yaudah deh ! Tapi gue takut..”.
“Ayo Fakih ga papa !”sekali lagi Dian membujuk Fakih.
“yaudah deh !”jawab Fakih.
“Chayo Fakih Dian !”Diah menyemangati mereka.
“Ganbatte!”aku menambahkan.
Mereka mulai melangkah meninggalkan ruang tunggu.Untuk mengurangi rasa takutku, aku bersenda gurau dengan Diah.Sudah 5 menit.Aku mengeluarkan hp-ku dari tas. Ku tulis pesan singkat yang kutujukan pada Dian.
Serem ga ?
Tak kusangka begitu cepat Fakih dan Dian di dalam obakeyashi. Salah seorang panitia membuka pintu ruang tunggu sedikit dan hanya memunculkan kepalanya lalu berkata,”Selanjutnya!”.
Aku dan Diah bangun dari tempat duduk masing-masing. Kami berpegangan erat.Tangan Diah terasa dingin.Tubuh kami sedikit gemetar.Kami mulai melangkah keluar meninggalkan ruang tunggu yang sesak.
Sampai di luar seorang panitia berjilbab berkata,”Ikuti mba yang ini ya”.Kami segera menuruti perintah dari kaka berjilbab itu.Kami mengikuti dari belakang dua kaka-kaka yang menuntun kami sampai ke depan pintu masuk obakeyashi.
“NIya, Diah gua sama Dian enggak jadi !” suara itu menyapa kami saat melangkah di depan tangga masuk.
Rupanya mereka tidak jadi masuk ke obakeyashi.Mereka tampak begitu gembira. Terlihat dari wajah mereka yang dihiasi tawa.
Sesampai di depan pintu masuk obakeyashi. Kaka berambut lurus dengan paras yang dingin berkata,”Ade,kita enggak tahu apa yang terjadi di dalam”.
Ucapan kaka itu membuat kami tambah gemetar.
“Ah, mba jangan gitu dong. Emang hantunya ada berapa ?”tanya Diah dengan wajah pucat.
“Kita enggak tahu soalnya kita belum masuk ke dalem!”jawab kaka berkacamata.
“Ah,mba jangan becanda dong!”tambahku.Wajahku tak kalah pucat dengan wajah Diah.
“Yaudah sekarang berdoa dulu”saran kaka yang berambut lurus.
Aku dan Diah berpegangan erat seraya menundukkan kepala.Berdoa.Memohon keselamatan selama di dalam kepada Tuhan YME.
Setelah berdoa, kaka-kaka itu membukakan pintu masuk obakeyashi. Aku dan Diah menghela nafas panjang kemudian mulai melangkah kecil masuk ke dalam.Kami terkejut ketika pintu masuknya tertutup.Pemandangan pertama yang kami lihat adalah ruangan gelap dengan tirai hitam di hadapan kami dan satu bangku yang dibalikan.Hanya satu lilin di setiap sudut yang menjadi sumber cahaya di ruangan.Belum lagi serem banget musik yang disuguhkan.
Sebenarnya kami ragu, untuk masuk ke dalam. Setelah beberapa langkah suasana mencekam hadir diantara aku dan Diah.Kami harus melewati ruangan dengan jalanan zig zag yang dibatasi dengan tirai hitam.
Ketika sampai di tikungan pertama, kami lari menghampiri pintu masuk dan membukanya.
Kaka-kaka yang tadi mengantarkan kami sampai pintu masuk menghampiri kami dan berkata,”Enggak papa kok de, kitai jamin di dalam aman.”.
“Mba takut mba.Serem banget. Pinjam senternya deh.”ujar Diah sambil memegang kipas yang baru ia beli tadi di bazar bawah.
“Iya mba, temenin deh masuk ke dalem !”tambahku.
“Wah enggak bisa de, enggak papa kok masih dalam pengawasan kita.Masuk aja!” kaka berkaca mata menenangkan aku dan Diah
“gimana Di ? masuk enggak ? tanyaku pada Diah.
“Gua takut..”
“Ayo enggak papa sama gue”.
“yaudah ayo”
Aku dan Diah kembali membuka pintu masuk.Aku berpegangan erat pada Diah.Begitu juga Diah.Perbatasan antara suasana mencekam dan melegakan.Fuuuh.Langkah demi langkah menjauhkan kami dari pintu masuk.Lagi-lagi ketika sampai di tikungan pertama kami berlari menghampiri pintu masuk tapi kami tak membukanya.
“Gimana Di ? masuk enggak ?”tanyaku sekali lagi. Sebenarnya aku sendiri tidak begitu yakin.
“Serem banget”jawab Diah.
Tiba-tiba ada suara yang membuat kami membuka pintu dan berlari keluar.
Sekali lagi kaka-kaka panitia menghampiri kami.
“Kenapa lagi ? Ayo enggak papa masuk.Aman kok.Di dalem masih dalam pengawasan kami.” Kaka berkacamata menenangkan kami kembali.
“Giman nih Di ? Jadi enggak ? Apa enggak jadi aja nih?”tanyaku pada Diah.
“yaudah deh enggak jadi!”jawab Diah gemetar.
“Yah,enggak jadi sayang loh uang lima ribunya. Nanti kalo udah ke bawah enggak boleh naik ke atas lagi loh. Udah angus tiketnya!”tambah kaka berkaca mata.
“iya juga ya !”ucapku.
“Penasaran kan ?”tambah kaka berambut lurus.
Aku dan Diah menganggukkan kepala.
“Ini kesempatan terakhir ya ? Kalo keluar lagi enggak boleh masuk.Tadi soalnya ada yang pulang kasihan udah banyak yang nunggu!”ujar kaka berjilbab.
“Yaudah sekarang berdoa dulu!”tukas kaka berkaca mata dan kaka berambut lurus.
Aku dan Diah kembali menundukkan kepala. Meminta keselamatan selama di dalam agar keluar dengan selamat kepada Tuhan YME.Setelah berdoa kami melangkah dengan perlahan. Membuka sedikit demi sedikit pintu perbatasan dunia mencekam dan melegakan.
Aku dan Diah berjalan dengan langkah kecil. Aku berpegangan erat pada Diah, Diah juga begitu. Bahkan ia sampai memejamkan matanya ketika berjalan.Ketika tiba di tikungan pertama, aku sebenarnya ragu. Takut ada seseorang yang mengagetkanku dan Diah. Tapi, aku tak boleh takut.AKu menoleh perlahan. Melihat ada apa di balik tikungan pertama.
DEG-DEG DEG-DEG.
DOOOOOORRRRRRR.
Tak ada siapa-siapa.Hanya ada sebuah kursi yang di balikkan. Syukurlah.Tapi,apa yang menanti kami di tikungan berikutnya.Tak kalah menyeramkannya dengan tikungan pertama, tikungan kedua malah semakin membuat kami tambah takut.
Aku menolehkan kepalaku. Melihat ada apa di balik tikungan kedua.
DEG-DEG DEG-DEG.
SATU-DUA-TIGA……
Ada seseorang yang mengintip di balik tirai tikungan ke tiga.
“Siapa itu ? Dare desu ka ?”kata-kata itu keluar dari mulutku.
Diah masih memejamkan matanya.
Aku terus berjalan mencoba menguatkan diri.Tapi ketika aku ingin mendekati tikungan ke tiga,seseorang itu hilang.Tak tahu kabur atau mengumpat.
Di depan tikungan ke tiga aku berlari dan kulihat ada sebuah pintu.Aku berlari sekencang kencangnya.Ada yang memainkan tirai di tikungan ketiga.Aku meraih gagang pintu dan langsung membukanya.
Tapi….
“ASTGFIRULLAHALAZIM…APAAN INI !”ujarku yang terkejut melihat apa yang ada di hadapanku.
Ruangan kelas yang begitu gelap.Lebih seram daripada ruangan pertama.Dihiasi kursi-kursi yang tak ditata rapi.Musik horor mewarnai ruangan itu.Suasananya semakin mencekam.Aku bingung harus lewat mana.Di sana sini terdapat kursi bergeletakkan.Sedangkan Diah masih memejamkan matanya.Ia juga masih berpegangan erat padaku.Aku tak ingat apa-apa selain bagaimana caranya untuk keluar dari ruangan itu.
Aku harus ke sini.Aku harus ke sana.Dan akhirnya aku mendapati pintu yang terbuka. Tapi,setelah ku layangkan pandanganku pada sisi kanan bawah pintu……
ADA WANITA RAMBUTNYA PANJANG BERJUBAH HITAM.
“Waduhhh!!”ujarku.Diah mulai mebuka matanya yang sedari tadi terpejam.
Mati gue, gumamku dalam hati.
Aku masih berjalan dengan langkah kecil bersama Diah yang berpegangan erat padaku.
Sampai akhirnya aku dan Diah tiba di depan daun pintu dan melewati wanita itu.Wanita itu bergerak sedikit.
“Peace mba,peace!” ucapku kepada wanita itu.
Ketika sudah melewati wanita itu, dibalik tembok ternyata masih ada satu wanita rambutnya panjang berjubah putih.Sementara di tengah ruangan ketiga ada dua hantu lagi.Dua-duanya laki-laki.Yang satu tiarap.Dan yang satu lagi hanya duduk bersila.
“Peace mba,peace mba!”ucapku pada wanita berjubah putih.
Aku melihat pintu di sebelah kiri setelah pintu perbatasan antara ruangan kedua dan ketiga.Aku menarik narik gagang pintu itu.Tapi, tak terbuka juga.Sampai akhirnya hantu-hantu itu menghampiri kami.
Dua wanita itu menghampiri kami seperti suster nyesot.Aku dan Diah terkejut.
“Mba boleh bergerak tapi enggak main pegang pegangan mba!”ujar Diah panik.
Dua wanita itu malah makin gesit menghampiri kami.Mulai menarik kaki kami.
“Wuahhh…mba.Watashi wa Niya desu.Yoroshiku yoroshiku yoroshiku!”teriakku ketika dua wanita itu mulai meraih kakiku.
“Kaka main yuk ?”ucap salah satu dari dua wania itu dengan suara lembut tapi menggetarkan bulu kuduk kami.
Diah berlari ke sudut kanan ruangan.Tapi,ternyata hantunya masih ada lagi.Yang satu ini Zombi.Tinggi besar.Zombinya menghampiri Diah.
“Mas enggak maen mas enggak maen pegang pegangan mas !”teriak Diah seraya menjauh dari zombi itu.
Aku menhampiri Diah.Sesaat semuanya diam.Dua wanita nyesot itu juga terdiam tak terkecuali zombi itu.
“WUAHAHAHAHAAAAAAHAHA”.
Suara itu memekik telingaku dan Diah.
“Mas jangan ketawa ngapa !”spontan kata-kata itu keluar dari mulutku.
Sekejap hantu-hantu itu kembali beraksi.Wanita ngesot berjubah hitam membanting kursi yang ada di tapakan lebih tinggi.
“Yah…jangan banting-banting!”ujarku.”Diah pintunya dimana ?”.
“Disitu !”jawab Diah sambil menunjuk ke sisi kanan ruangan.
Aku dan Diah mulai mendekati pintu keluasr itu.Tapi…
DUUUUUAAARRRRR.
Mumi meloncat muncul dari meja mimbar yang terletak disamping pintu keluar.Spontan aku dan Diah menjauh dari pintu keluar karena terkejut.
Semua hantu mendekati kami yang ada di tapak lebih tinggi.Tapi tidak laki-laki yang hanya duduk bersila di tengah ruangan.Aku dan Diah kalap,panic dan berteriak-teriak. Macam-macam kata-kata yang keluar dari mulut kami.
Tapi akhirnya kami mendapat celah untuk kabur dan keluar lewat pintu di sisi kanan ruangan.Kami berlari secepat kilat.Sempat terpeleset.Sampai kaka yang berjilbab berkata,”Hati-hati!”.
FUUUUHHHH.Akhirnya dapat keluar juga dari tempat itu.Setelah keluar aku berfikir,”yah Dian sama Fakih nyesel enggak masuk”.Sungguh, aku acungikan jempol untuk semua orang yang telah merancang obakeyashi sampai segitu rupa.
Aku dan Diah menuruni tangga.Menghampiri Fakih dan Dian yang sedang duduk di bawah.
Wajahku dan Diah sumringah.Sampainya di bawah, Fakih dan Dian menyapa kami.
“Udah ?serem enggak ?”Tanya Fakih.
“Seru!”jawabku dan Diah bersamaan.
Fakih dan Dian bangun dari tempat duduknya.Kami mulai melangkah meninggalkan gedung D fakultas psikologi UI.Pelajaran yang kudapat hari ini adalah kita tidak boleh menyerah sebelum mencoba.Aku tak akan pernah menyesal telah masuk ke dalam obakeyashi.Untuk semua yang membaca ini, ingat ya, jangan takut untuk mencoba hal-hal yang baru selagi itu hal yang positif.
OK!!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar