ANATA WA SADAKO ???
Mi membuka matanya.Ia memperhatian sekelilingnya.Ruangan yang gelap,tumpukan debu,rongsokan barang bekas dengan dinding yang berupa anyaman bambu dan beratap ijuk.
Suasananya menteramkan.Malam yang dingin semakin memekik waktu.Semilir angin yang menyelinap masuk lewat jendela menerbangkan tumpukan debu.Melewati wajah Mi dan membuatia bersin.”Hasyim”
Mi kembali memperhatikan sekelilingnya.Kemudian ia berdiri seraya berpegangan pada dnding anyaman.Memberihkan celan bagian belakangnya.Terlihat gumpalan debu berterbangan sat Mi menepuk-nepuk bokongnya.
Mi mulai berjalan mengelilingi ruangan dan masih berpegangan pada dinding anyaman.Sesekali ia tersandung benda yang berserakan di lantai tanah.
Ia menghentikan langkahnya pada sebuah cermin besar yang tertempel di dinding.Tak sedikit debu yang menempel pada cermin tersebut.Sejenak ia memendangi dirinya.Dari ujung kaki sampai ujung rambut.Piama yang masih melekay di dirinya dengan sepatu berbahan lembut berbulu boneka.
Saat ingin menyentuh kaca tersebut,muncul sesosok wanita di belakangnya. Berjubah putih,rambutnya yang panjang menutupi sebelah matanya. Mi terkejut dan langsung membalikan badannya. Naas. Wanita itu sekejap raib dari pandangan.
Mi kembali membalikan badannya menghadap kaca. Jantungnya berdetak kencang. Keningnya dibasahi keringat dingin. Mi mencoba mengendalikan seluruh tubuhnya yang gemetar. Ia mengatur nafasnya agar tidak kalap dan panik.
Mi membalikan tubuhnya. Melihat dinding yang dihiasi bingkai yang sepertinya,berornamen kanji. Tak jelas. Cahaya dalam ruangan tak cukup untuk membantu Mi membaca. Mi menghampiri tumpukan barang di sudut ruangan. Mencari sesuatu yang dapat menghasilkan cahaya.
Setelah lima menit mencari,akhirnya Mi menemukan sekotak korek api kayu. Mi kembali ke tempat bingkai itu. Kemudian menyalakan korek. Cahaya yang dihasilakan korek cukup untuk membantu Mi membaca. Mi mencoba mengeja tulisan kanji di bingkai itu.
“AI-SHI-TE-RU……”
Mi mengerutkan kening. Alis matanya naik.
“Aku cinta padamu ?”
Mi melangkah kecil seraya memperhatikan dinding anyam bamboo itu yang hanya digantungi bingkai-bingkai diselimuti debu.Mi mengalihkan pandangannya pada bingkai yang lain. Ia menghampiri satu bingkai yang disekitar kacanya berornamen kanji.
Mi menghapus debu tebal yang menempel di bingkai tersebut dengan tangannya. Ada tulisan. Bukan tulisan kanji melainkan huruf katakana. Mi kembali menyalakan korek.
“Myo…..ri…..?”
Mi melangkahkan kakinya perlahan. Kali ini ia melirik bingkai yang di samping bingkai bertuliskan Myori itu. Tak sedikit debu yang menempel, Mi meniupnya.
“Ini di mana?”.Kening Mi mengkerut.”Kore wa nan desu ka ?”. Keningnya makin mengkerut.
Untuk yang kesekian kali Mi menyalakan korek. Korek hanya bisa bertahan antara 10-20 sekon.Tinggal dua batang. Mi harus bisa menggunakan itu sebaik-baiknya.
“Ini huruf hiragana ? ada kanjinya juga. Aduh Mi lupa kanji itu bacanya apa ?” Mi mengaruk kepalanya yang tidak gatal.”Kalo hiragananya tau. Coba Mi terawang, kira-kira ini bacanya apa ya ?”
Mi mulai berfikir. Tapi otaknya tak dapat bekerja. Sesekali Mi emukul kepalanya. Jengkel.
“Cih, otak Mi gak bisa di ajak kompromi. Ayolah otak, Mi butuh bantuan otak. Otak tau kan Mi itu orangnya gampang penasaran. Sekali aja. Plis tolongin Mi. Tasukete kudasi!”
Mi mencoba menunggu otaknya berfungsi kembali
“Ayolah otak berfungsilah. Ya sudah kalau tak mau berfungsi kembali. Mi akan berusaha sendiri!” pinta Mi. “Ganbarimashoo !!!” teriak Mi seraya mengangkat tangan kanannya yang mengepal ke atas. Menyemangati dirinya sendiri.
Mi berfikir keras,keras dan keras. Mempersiapkan diri.
“Oke Mi sudah siap membaca tulisan ini!” Mi menarik nafas panjang.Menyalakan satu batang korek terakhir. Creek.
Cahaya korek mulai menerangi daerah sekitar wajah Mi. Mi mendekatakn korek ke bingkai. Mulutnya perlahan membentuk artikulasi berbagai kata.
“Sssa…da…ko….!”
CRIIING.
Tiba-tiba otaknya berfungsi kembali.
“Sadako ? apa artinya ?Mi tak pernah dengar kata sadako ?” Mi masih ragu dengan apa yang baru dibacanya.
Tiba-tiba semilir angina sekali lagi menyelinap masuk lewat jendela. Berhembus melewatileher bagian belakang Mi. Membuat bulu kuduknya berdiri. Suasana yang menyeramkan itu hadir kaembali. Mi menjadi waspada.
“Kau benar,tulisan ini adalah sadako. Dan sadako itu adalah aku. Gyahahahahaha!”suara itu tiba-tiba memekik telinga Mi. Ia membalikan tubuhnya.
Dilihatnya sesosokwanita berjubah putihyang tadi ia jumpai di depan cermin besar. Rambut panjangnya menutupi sebelah matanya. Kakinya tak napak di tanah. Jarak Mi dengan wanita itu hanya 3 meter.
“Jadi namamu sadako ? “ tanya Mi dengan suara bergetar. Tubuhnya bersandar pada dinding anyaman bamboo. Kedua tangannya berpegangan erat pada piamanya.
Tahan Mi tahan, ini bukan saatnya untuk kalap. Tahan dirimu,gumam Mi dalam hati. Ia mencoba menguatkan dirinya. Sementara pelipisnya dialiri keringat dingin.
“Watashi no namae wa sadako dewa arimasen.Demo, watashi wa Myori desu. Kyahahahahahahaahaaaaa!”suara itu menggetarkan bulu kuduk Mi.”Koko de nani shite imasu ka?” lanjut wanita itu.
Kepalanya menunduk,namun sebelah matanya melotot seakan ingin menelan Mi mentah-mentah.
“A…ku…ti…dak…tau…Tiba-ti…ba a..ku ada di..sini.”jawab Mi gagap.
Sorot mata wanita itu menajam.Membuat jantung Mi berdetak lebih kencang dari biasanya.
“Lalu sedanga ap kau di sini ?” Mi keceplosan. Spontan ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
“Aku adalah penghuni rumah ini ! Sebelas tahun yanga lalu aku mati gantung diri di rumah ini !” jelas wanita itu. Sorot matanya meredam.
Detak jantung Mi mulai kembali normal.
“Sebenarnya ini di mana ?” Hei, sadako itu hantu dari Jepang kan ? lalu kenapa kau bisa berbahasa Indonesia ?” Tanya Mi semangat. Wajahnya menunjukkan ekspresi penasaran.
“Kau tak akan pernah tau ini di mana. Aku memang sadako. Aku adalah hantu blasteran Indo-Jepang. Ayahku orang Jepang, ibuku orang Indonesia tepatnya orang Garut! Hihihihihihihihihi!”
Baru tahu aku kalau hantu itu juga punya darah campuran. Aneh sekali . Kenapa dia bawa-bawa nama Garut ? itu kan kampungku,gumam Mi dalam hati.
“Lalu kenapa kau sekarang jadi sadako ? hantu semacam kau di Indonesia dinamai kuntilanak !”Tanya Mi begitu bersemangat.
“Sewaktu aku mati, sesosok makhluk berjubah hitam menghampiriku dan memberikanku dua pilihan. Menjadi sadako atau kuntilanak ?. Aku memilih untuk menjadi sadako karena supaya lebih terkenal.”
Ini lagi…apa hubungannya terkenal sama sadako ?, Dasar hantu aneh, batin Mi.
“Gyahahahahahahahahahaaaaa….!” Kali ini wanita itu tertawa lebar hingga rahangnya terbuka. Terlihat giginya yang sudah keropos dan hitam.
Mi yang melihatnya merasa jijik.”Kau tak pernah gosok gigi ya ? gigmu itu jelek sekali !”
“Kurang ajar! Kau menghinaku ! Kubunuh kau ! Akan kukirim kau ke neraka !” wanita itu marah. Sorot matanya menajam lagi.
Mi menutup mulutnya dengan kedua tangan, “Ooopsss, apa Mi salah bicara ? menurut Mi perkataan Mi semuanya benar. Potongan rambutmu juga tidak bagus !” ucap Mi pelan.
Wanita itu semakin mendekati Mi. Tangannya meraih leher Mi seakan ingin mencekik Mi.
“Kubunuh kau ! Kubunuh !”teriak wanita itu berkali-kali.
Mi menutup matanya.Saking ketakutannya melihat wanita itu marah.
“DAME!”
Mi mebuka matanya.Tubuhnya dibasahi keringat. Ia bangun dan duduk di atas sesuatu yang empuk dan……sesuatu itu adalah ….. ranjangnya sendiri.
“Hanya mimpi!” Mi mennghela napas panjang.”Mungkin itu semua gara-gara Mi belum baca doa tidur”.
Mi segera membaca doa.
Setelah itu, ia kembali memejamkan mata dan langsung tertidur lelap.
“ZZZZzzzzzzttttttt”
-the end-
Judul : Anata wa sadako ?
Kore wan an desu ka? : apa ini ?
Tasukete kudasai ! : tolong !
Ganbarimashoo ! : semangat !
Watashi no namae wa sadako dewa arimasen.Demo,watashi wa Myori desu : namaku bukan sadako tapi myori.
Koko de nani shite imasu ? : apa yang sedang kau lakukan di sini ?
DAME : Jangan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar